Rabu, 12 November 2008

Megawati Jajaki dengan Sultan


Dinamika Parpol Tentukan Pencalonan
Rabu, 12 November 2008 | 00:38 WIB

Jakarta, Kompas - Megawati Soekarnoputri, calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P, masih menjajaki kemungkinannya untuk berduet dengan Sultan Hamengku Buwono X, atau sejumlah tokoh yang mendeklarasikan diri siap menjadi calon presiden.

Sinyal itu disampaikan Megawati saat berbincang-bincang dengan wartawan seusai membuka Pemantapan dan Penataran Juru Kampanye Nasional PDI-P, Selasa (11/11) di Jakarta. Penjajakan dilakukan sebab saat ini yang banyak muncul adalah kesiapan menjadi calon presiden, sedangkan yang siap menjadi wakil presiden belum ada.

”Sekarang yang banyak muncul adalah calon presiden. Tetapi, untuk calon wakil presiden (wapres) belum ada sehingga kami juga harus bisa melakukan pertemuan dengan mereka untuk sounding siapa yang mau menjadi calon wapres,” kata Megawati.

Menurut Megawati, tak mungkin orang mau mendegradasikan dirinya dari capres menjadi calon wapres. Namun, kemungkinan itu selalu ada dalam politik.

Soal kemungkinannya dengan Sultan, Megawati menjawab, ”Saya lihat dulu. Banyak juga yang bagus-bagus.”

Dari sejumlah anggota Fraksi PDI-P DPR diperoleh informasi, PDI-P terus menjajaki kemungkinan duet dengan Sultan. Opsi ini diambil, terutama bila Sultan tidak mendapat kendaraan partai politik yang mencalonkannya sebagai presiden. Apabila Sultan tidak mungkin, PDI-P menjajaki dengan sejumlah gubernur lain.

Dinamika parpol

Secara terpisah, Koordinator Tim Pelangi Perubahan Sukardi Rinakit menuturkan, dinamika di tubuh parpol sangat menentukan pengajuan Sultan HB X sebagai presiden pada Pemilu 2009. Bukan hanya lewat Partai Republika Nusantara yang secara resmi mengajukan Sultan, dinamika di PDI-P dan Partai Golkar juga diperhitungkan.

Tim Pelangi Perubahan adalah tim sukses Sultan untuk Pemilu 2009. Sukardi, berbicara dalam jumpa pers Partai RepublikaN di Jakarta, Selasa, mengakui, PDI-P punya peluang besar pada pemilu legislatif, tetapi akan mengalami problem jika dalam pertarungan pucuk eksekutif kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan rasionalisasi politik, tidak tertutup kemungkinan PDI-P mencari tokoh lain sepanjang tetap mengontrol kekuasaan.

Di Partai Golkar, yang terjadi adalah kekurangan tokoh nomor satu. Jika perolehan suara Partai Demokrat dalam pemilu legislatif anjlok, kemungkinan duet Yudhoyono-M Jusuf Kalla berubah. Partai Golkar mungkin berpaling ke sosok lain.

Ketua Presidium Partai Republika Nusantara Muslim Abdurahman menegaskan, partainya yang pertama dan serius menjadi pengusung pencalonan Sultan HB X pada Pemilu 2009. Partai Republika Nusantara harus meyakinkan rakyat, Sultan lebih baik ketimbang Yudhoyono.

Di Jakarta, Selasa, sejumlah tokoh yang tergabung dalam Dewan Integritas Bangsa (DIB) tengah menggagas sistem seleksi pemimpin nasional. Sistem konvensi itu terutama diarahkan untuk menjaring presiden dan wapres yang berkualitas.

Koordinator Tim Perumus DIB Salahuddin Wahid, Selasa di Jakarta, mengatakan, sistem itu lebih menitikberatkan pada proses seleksi presiden dan wakilnya yang kemudian akan dipilih rakyat. ”Kami menginginkan calon yang muncul diuji kualitasnya,” katanya. (dik/sut/jos/mam)

Tidak ada komentar: