Senin, 03 November 2008

Berebut ke Senayan (2)


Artis Jadi Caleg, Bukan Panggung Sandiwara

Minggu, 2 November 2008 - 13:45 wib

Fenomena para selebriti terjun ke dunia politik makin marak. Ada tudingan mereka pindah panggung karena latah atau sudah tidak laku lagi di dunia hiburan.

SBY dalam dunia politik kerap digunakan untuk menyebut nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, bagi pelawak kondang Eko Indro Purnomo alias Eko Patrio, SBY bisa bermakna lain, Sambil Berbuka Yuk! (SBY). Itulah tayangan layar kaca yang dibawakan salah satu anggota grup lawak Patrio itu saat bulan Ramadan lalu.

Kemudian, ketika Lebaran tiba, SBY ala Eko ini berubah menjadi Sambil Bermaafan Yuk! Syahdan, ketika hari-hari biasa acara SBY yang diproduseri pelawak yang semasa kecil dipanggil Gopur ini berubah lagi menjadi Santai Bareng Yuk!, sebuah acara ringan berkategori komedi. Lewat sederet acara komedi yang dilakoninya selama ini, wajar jika Eko dikenal publik.

Boleh jadi, karena popularitasnya inilah pelawak yang ngetop lewat acara komedi Ngelababersama Grup Patrio ini "terusik" untuk terjun ke dunia politik. Eko pun berniat mengadu peruntungan di dunia politik untuk bisa tampil sebagai anggota legislatif di panggung Senayan (Dewan Perwakilan Rakyat/DPR).

Nama suami artis Viona Rosalina itu kini masuk dalam daftar calon tetap Partai Amanat Nasional (PAN) untuk daerah pemilihan Jawa Timur 8. Eko memang bertekad mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif untuk pemilihan wilayah Kabupaten Nganjuk, kampung kelahirannya. Namun, Eko membantah bahwa keikutsertaannya dipanggung politik hanya karena latah mengingat saat ini tren artis terjun ke dunia politik makin marak.

Eko mengklaim dirinya punya latar belakang untuk terjun di bidang politik, jadi tidak hanya bermodal popularitas. Maklum, dirinya merupakan lulusan Institut IlmuSosial dan Ilmu Politik. Tak aneh jika ketika PAN mengajaknya untuk menjadi caleg, pemilik E-Komando Production ini bersemangat. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pada tingkat popularitas, nama Eko memang tak diragukan lagi.

Terbukti, jajak pendapat yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) September 2008 mengungkapkan, namanya berada di urutan kedua dengan meraih 5,6 persen setelah politikus kawakan yang kini menjabat Ketua DPR, Agung Laksono (18,5 persen).

Bahkan, Eko jauh mengungguli para politikus kawakan seperti Muhaimin Iskandar (2,9 persen), Pramono Anung (2,5 persen), Anas Urbaningrum (1,9 persen), Tifatul Sembiring (1,5 persen), Priyo Budi Santoso (0,2 persen), dan Ferry Mursyidan Baldan (0,1 persen). Survei LSI dilakukan dengan jumlah responden 1.249 di 33 provinsi berusia 17 tahun ke atas menggunakan metode wawancara dengan sample error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Kisah Eko yang terjun di dunia politik semakin menambah panjang daftar selebriti yang "banting setir" ke kancah politik. Sejatinya, fenomena artis menjadi politikus bukanlah hal baru. Tidak jarang, kisah sukses menyertai selebriti yang berlaga di dunia yang satu ini. Sebut saja Ronald Reagan yang berhasil menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) periode 1981-1989 atau tokoh laga Arnold Schwarzenegger yang menduduki kursi Gubernur Negara Bagian California pada 2003.

Sebelumnya banyak orang AS yang meragukan kemampuan pemeran Terminator ini dalam panggung politik. Kisah sukses ini juga berlaku di Indonesia. Rano Karno dan Dede Yusuf, misalnya, adalah dua aktor yang mampu menduduki posisi orang nomor dua di wilayah masing- masing. Rano menjabat sebagai Wakil Bupati Tangerang, sedangkan Dede kini sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat.

Sebelumnya nama-nama seperti Adjie Massaid, H Qomar, Angelina Sondakh telah berhasil menjadi wakil rakyat di Senayan. Menariknya, pada Pemilu 2009, sejumlah selebriti akan bertarung dengan kolega sendiri. Popularitas merupakan modal yang menjadi nilai lebih sang artis daripada calon lain. Bahkan disebut-sebut banyak caleg lain yang enggan berada di satu daerah pemilihan (dapil) dengan para selebriti.

Setidaknya, survei LSI (Popularitas vs Kompetensi) bisa dijadikan indikasi bahwa popularitas terkadang menjadi pertimbangan tersendiri bagi pemilih. Fakta ini menimbulkan hipotesis kekhawatiran publik bahwa selebriti hanya akan mengandalkan popularitas guna mencapai Senayan. Bahkan ada juga anggapan yang menyebutkan posisi selebriti hanya dijadikan penuai suara (vote getter) belaka bagi partai politik.

Hal itu pun tak dimungkiri Ahmad Zulfikar Fawzi yang lebih akrab disapa Ikang Fawzi. Menurut suami artis Marissa Haque ini, maraknya artis yang masuk ke dunia politik merupakan salah satu strategi partai politik untuk memenangi pemilu. Meski begitu, menurut caleg dari daerah pemilihan (dapil) Banten 1 ini, masyarakat sekarang sudah dewasa untuk memilih wakilnya di Senayan.

Mengenai kemampuan artis dalam berpolitik menurut Ikang bisa dibentuk, sedangkan elektibilitas tidak bisa dibentuk dengan instan. Status keartisan seseorang hanyalah salah satu entry point menuju identitas baru sebagai politikus. Menurutnya, status sebagai artis sama fungsinya dengan politikus, yaitu sebagai pelayanan masyarakat. "Artis sudah biasa melayani masyarakat, kalau tidak, masyarakat pasti sudah meninggalkannya," ujar Ikang.

Namun, Ikang tidak sependapat jika dirinya disebut terjun ke dunia politik sebagai orang yang tidak berpengalaman secara politis. Dia menolak dirinya disebut mengikuti budaya instan politik. Dia menjelaskan, pada awal Reformasi, rumahnya pernah dijadikan Amien Rais untuk kegiatan politik. Bahkan, pada 2004 dirinya pernah ditawari masuk PAN. Namun, saat itu dia menolak karena kesibukannya sebagai artis dan pengusaha.

Saat ini, dia bisa membatasi aktivitasnya sehingga punya waktu untuk berpolitik. Dia juga membantah keras bahwa dirinya terjun ke politik karena sudah tidak laku lagi di dunia hiburan. "Sebelumnya saya ingin menyelesaikan tugas keartisan saya, sedangkan bisnis saat ini sudah dikelola oleh general manager," tandasnya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PAN Viva Yoga Mauladi menegaskan, maraknya artis masuk ke dunia politik adalah hal yang lumrah. Terjun ke kancah politik merupakan wahana bagi semua kalangan, termasuk artis, untuk memperjuangkan demokrasi dan mengekspresikan diri bidang politik.

Bila terpilih sebagai anggota DPR, para artis atau selebriti dituntut benar-benar menjadikan panggung politik ini sebagai tempat mengekspresikan diri sebagai wakil rakyat dan memperlihatkan tanggung jawab untuk memenuhi janji-janji saat kampanye, yaitu memperjuangkan kepentingan rakyat banyak.

Jangan menjadikan panggung politik sebagai panggung hiburan dan hanya sesekali tampil "di pentas". Sebab, seorang anggota DPR minimal mewakili 400.000 pemilih. Mereka menitipkan harapan kepada wakilnya di Senayan. Apalagi, dunia politik bukanlah panggung sandiwara di mana seorang artis bisa berperan menjadi apa saja sesuai tuntutan alur cerita.

Sebaliknya, panggung politik adalah realitas yang menentukan nasib dan masa depan sebuah bangsa. Di sana pula rakyat mempercayakan mandatnya. (sindo//mbs)

Tidak ada komentar: