Rabu, 19 November 2008

Kampanye Pemilu


Kekuatan Beriklan Bukan Jaminan Menangi Pemilu
Rabu, 19 November 2008 | 00:52 WIB

Jakarta, Kompas - Iklan di media massa bukanlah satu-satunya pilihan untuk merebut suara pemilih. Strategi untuk agresif beriklan di televisi memang punya kelebihan bisa menjangkau mayoritas rakyat Indonesia. Hanya saja, kekuatan uang untuk beriklan di televisi bukan jaminan untuk bisa memenangi pemilihan umum.

Pendapat itu disampaikan Ketua Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Didik Supriyanto dan Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari secara terpisah di Jakarta, Selasa (18/11).

Menurut survei Lembaga Survei Indonesia, 26 Oktober-5 November 2008, kampanye parpol lewat televisi cukup mampu menarik massa pemilih yang kurang partisan dan mengarahkan swing voter ke parpol bersangkutan. Sosialisasi secara konvensional dinilai tidak cukup efektif.

Menurut Didik, kuatnya pengaruh media massa, khususnya televisi, terhadap perilaku pemilih merupakan fenomena jamak di negara maju maupun negara yang baru mempraktikkan pemilu bebas seperti Indonesia. Pemilu 1999 maupun 2004 memperlihatkan, parpol yang agresif berkampanye di televisi berpotensi meraih suara signifikan ketimbang parpol yang tidak berkampanye di televisi.

”Menjelang Pemilu 2009 ini, Partai Gerindra mendapatkan tempat di hati pemilih, saya kira juga karena faktor kampanye di televisi,” kata Didik.

Sementara Qodari menyebutkan, yang paling penting adalah kinerja sesungguhnya. Jika kinerja baik, komunikasi dengan masyarakat lebih mudah dilaksanakan. Masyarakat sulit percaya jika kinerja parpol memang buruk. Media massa, khususnya televisi, memang punya kelebihan karena bisa cepat dan serentak serta efek audio-visual yang lebih kuat ketimbang metode konvensional lain.

”Yang punya duit lebih diuntungkan, tetapi itu bukan segalanya,” ujar Qodari.

Didik percaya, kampanye di media massa, khususnya televisi, akan semakin menyedot dana parpol. Namun, tetap saja, yang paling banyak beriklan di televisi belum tentu akan paling unggul merebut hati pemilih. Selain frekuensi iklan, faktor pesan juga penting. Yang tidak mampu memanfaatkan komunikasi massa pasti terpinggirkan.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono menilai, metode kampanye lewat tatap muka langsung, sekalipun lebih melelahkan, lebih efektif. Sementara menurut Presiden Partai Demokrasi Kebangsaan Ryaas Rasyid, kampanye mesti komprehensif, tidak bisa bergantung pada satu metode saja. Kenyataannya, akses masyarakat ke media massa masih terbatas, terutama di wilayah terpencil dan pedalaman. (dik)

Tidak ada komentar: