Sabtu, 14 Februari 2009

Lebih Panas di Internal




Oleh Sindy Fathan M

BOLEH jadi pertarungan antarcalon anggota legislatif di Daerah Pemilihan Jawa Timur I menjadi pertarungan paling ”mematikan” di Pulau Jawa.

Dengan jumlah pemilih sebanyak 3.353.804 orang, berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) putaran pertama Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur (Pilkada Jatim), Dapil Jatim I menjadi daerah dengan jumlah pemilih terbanyak di Indonesia.

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) memastikan langkah caleg di Dapil Jatim I kian sulit. Caleg tidak hanya bersaing dengan caleg dari partai politik lain, tetapi juga harus merebut suara dari caleg dalam satu partai. Mereka harus menjaring suara dari pemilih sebanyak-banyaknya.

Pada dapil inilah sejumlah parpol menempatkan tokoh nasionalnya. Sebut saja, mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Laksamana Sukardi yang menjadi andalan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), atau Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang sengaja memindahkan Guruh Soekarnoputra sebagai caleg di dapil ini. Pada Pemilu 2004 Guruh meraih 67,3 persen bilangan pembagi pemilih (BPP) dari Dapil Jatim VII.

Beberapa partai berani mencoba peruntungan dengan memajukan calegnya yang hadir dari kalangan selebriti, seperti mantan peragawati Ratih Sanggarwati dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan mantan Puteri Indonesia, Pungki Sukmawati, dari Partai Bintang Reformasi (PBR).

Di dapil ini pula sejumlah caleg yang lama malang melintang di DPR kembali bertarung. Partai Golkar, misalnya, memajukan Priyo Budi Santoso, yang pada Pemilu 2004 meraih 27,9 persen BPP di Dapil Jatim VII. Partai Demokrat menurunkan kembali Marcus Silanno, yang kini masih menjadi anggota DPR. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menempatkan tiga caleg kawakannya, Muhaimin Iskandar, Imam Nahrawi, dan Ario Wijanarko. Ketiganya kini masih menjadi anggota DPR. Bahkan, Muhaimin adalah Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB.

Pada Pemilu 2009 di Dapil Jatim I terdapat 195 caleg yang bertarung memperebutkan 10 kursi. Jumlah kursi itu sama dengan yang diperebutkan pada Pemilu 2004. Akankah PKB dan PDI-P bisa meraih tiga kursi, seperti pada pemilu lalu?

Soliditas partai

Keadaan sekarang tampaknya tak lagi sama. Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi, mengatakan, konflik internal PKB antara Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Muhaimin bisa menjadi bumerang bagi partai yang memiliki basis terbesar di Jatim itu.

”Pertarungan caleg internal partai di Jatim I tak kalah serunya dengan yang di eksternal (partai). Masalah di dalam PKB bisa-bisa memecah-belah soliditas partai,” kata Airlangga. Apabila terbukti tak solid, perpecahan massa justru menjadi bidikan utama partai lain yang mengekor di belakangnya.

Menurut Airlangga, besar kemungkinan konflik internal PKB justru mendongkrak perolehan suara dari PDI-P dan partai berbasis warga Nahdlatul Ulama yang lain, seperti Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU). Tak tertutup kemungkinan pula, massa yang terbelah ”lari” mencari partai papan tengah, seperti Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ini semakin diperkuat dengan terpilihnya kepala daerah Jatim, Soekarwo-Saifullah Yusuf, yang diusung partai papan tengah tersebut.

Primordialisme

Caleg PKB, Ario Wijanarko, menepis tudingan ketidaksolidan PKB. Menurutnya, tak pernah ada perpecahan dalam partainya. ”Cak Imin (Muhaimin) dan Mas Imam (Imam Nahrawi) tak pernah dipandang sebagai pesaing. Justru kita atur zona (peraihan suara) masing-masing. PKB tetap satu dan tidak ada masalah,” tegasnya. Ia optimistis partainya bisa meraih lima kursi di dapil ini.

Ario mengaku lebih mengandalkan keterikatan emosional sebagai putra daerah yang lebih mengenal karakteristik wilayah Surabaya-Sidoarjo. ”Masyarakat urban (di dapil I) tidak lagi sibuk mencari figur yang lebih populer, tetapi mencari yang benar-benar bisa mewakili daerahnya,” tuturnya lagi.

Persaingan caleg di internal PDI-P, kata Airlangga, harus diperhatikan pula. Kehadiran tokoh nasional tak menjamin perolehan suara partai itu tinggi.

Tidak ada komentar: