Rabu, 11 Februari 2009

Persaingan Ketat di Sumut I


Rabu, 11 Februari 2009 | 00:32 WIB

Grup neraka. Ibarat sebuah turnamen sepak bola, itulah yang digambarkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Sumatera Utara Partai Gerakan Indonesia Raya Rahmat Sorialam Harahap tentang Daerah Pemilihan Sumatera Utara I untuk kursi Dewan Perwakilan Rakyat.

Daerah pemilihan Sumatera Utara I terdiri dari wilayah Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Kota Tebing Tinggi.

Rahmat tahu diri. Meskipun berada pada nomor urut satu calon anggota legislatif (caleg) untuk DPR dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) di Daerah Pemilihan (Dapil) Sumut I, pesaingnya bukan politisi kelas kambing. ”Yang maju politisi kawakan semua. Ini grup neraka,” katanya.

Mereka yang bertarung untuk memperebutkan 10 kursi DPR pada Pemilu 2009 di Dapil Sumut I ini rata-rata sudah lama menjadi politikus. Mereka politikus kawakan di tingkat lokal Sumut atau yang sudah lebih dari sekali duduk di Senayan.

Lihatlah, misalnya, Partai Golkar yang menang Pemilu 2004 di Sumut. Caleg nomor urut satu Partai Golkar di Dapil Sumut I adalah Burhanuddin Napitupulu. Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar sekaligus juga Koordinator Wilayah Aceh dan Sumut. Politikus yang kalau di Sumut dipanggil ”Burnap” ini sudah duduk di Senayan sejak tahun 1987.

Selain itu, Partai Golkar juga memunculkan kembali Antarini Malik yang kini masih menjadi anggota DPR. Bedanya, Antarini kini menempati nomor urut lima. Namun, dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menempatkan caleg terpilih dengan raihan suara terbanyak, perolehan suara 11,8 persen dari bilangan pembagi pemilih (BPP) yang diperoleh Antarini pada Pemilu 2004 menjadi modal untuk merebut satu kursi DPR.

Pesaing ketat Partai Golkar di Sumut, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tak mau kalah pamor dalam menempatkan caleg di Dapil Sumut I. PDI-P menempatkan Panda Nababan sebagai caleg nomor urut satu. Mantan wartawan peraih penghargaan Adinegoro tahun 1976 tersebut sudah hampir setahun terakhir ini menjadi komandan PDI-P di Sumut. Selama menjadi anggota DPR periode 2004-2009, Panda dikenal sebagai juru bicara PDI-P di Senayan.

PDI-P juga menempatkan ”wajah lama” dari Dapil Sumut I, yaitu Irmadi Lubis. Pada Pemilu 2004 Irmadi melenggang ke Senayan dengan bekal 16,9 persen dari BPP. BPP di Dapil Sumut I pada pemilu lalu adalah sebanyak 204.347 pemilih.

Bahkan, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring kini harus ditempatkan di Dapil Sumut I, agar bisa memastikan kursi di Senayan, mengingat partai ini menang dalam Pemilu Legislatif 2004 di Kota Medan.

Selain Tifatul, PKS juga menempatkan Muhammad Idris Luthfi sebagai caleg di Dapil Sumut I. Pada Pemilu 2004 Idris adalah peraih suara terbanyak di dapil ini, yang menjadi anggota DPR, yakni dengan 45,8 persen dari BPP. Namun, tentu PKS akan ”memprioritaskan” presidennya, sebagai wajah partai, untuk melangkah ke Senayan.

Dapil Sumut I juga menjadi incaran petinggi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PPP menempatkan Ketua Komisi VIII DPR Hasrul Azwar di nomor urut satu. Sebelum berkarier sebagai anggota DPR, Hasrul sudah lama malang melintang di percaturan politik Sumut.

Partai Demokrat menempatkan politisi senior, Abdul Wahab Dalimunthe, yang pernah menjadi calon Gubernur Sumut, serta Sutan Bhatoegana, yang kini juga menjadi anggota DPR, untuk mendulang suara di Dapil Sumut I. Caleg yang terpilih sebagai anggota DPR dari Partai Demokrat pada Pemilu 2004, Yusuf Pardamean, kini maju kembali dengan ”kendaraan” Partai Barisan Nasional.

Adapun Partai Amanat Nasional (PAN) memajukan lagi anggota DPR, Mulfahri Harahap. Pada Pemilu 2004 Mulfachri meraih 13,7 persen dari BPP. Adapun Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) menampilkan GM Chandra Panggabean, yang sangat dikenal di kawasan Tapanuli. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBKI) mencoba mendulang suara di Dapil Sumut I dengan menampilkan mantan Koordinator Ahli Kepala Polri, yang juga pernah menjadi calon Gubernur Sumut, Darwan Siregar.

Siapa mengakar?

Beberapa nama yang disebut mungkin dikenal publik karena sepak terjang mereka di Jakarta. Namun, memang bukan perkara mudah meraih kursi DPR pascaputusan MK. Politisi senior dan mereka yang ternama tidak hanya harus bersaing dengan caleg dari partai lain, tetapi juga caleg dari sesama partai. Apalagi, partai umumnya membuat kebijakan tak mengutamakan caleg tertentu untuk bisa terpilih, meskipun bisa saja ada mobilisasi suara agar caleg yang menjadi ”wajah” partai tetap terpilih.

Namun, selain Tifatul yang menjadi ”orang nomor satu” di PKS, caleg di Sumut I umumnya adalah tokoh parpol saja. Mereka bukan ketua umum atau orang yang ”diprioritaskan” oleh parpolnya sehingga persaingan menjadi sangat terbuka. Siapa yang mengakar bisa jadi yang diprioritaskan partainya.

Untuk urusan siapa yang lebih mengakar itu membuat mantan Sekretaris Fraksi Partai Demokrat DPR Sutan Bhatoegana mengalah ditempatkan di nomor urut dua. Nomor urut satu caleg Partai Demokrat ditempati Abdul Wahab Dalimunthe, bekas tokoh Partai Golkar Sumut yang memiliki segudang pengalaman di tingkat lokal.

Politikus lokal ini paling tidak lebih dikenal pemilih ketimbang mereka yang justru lama berkutat di Senayan. Mereka sangat layak diperhitungkan. Ada Muhammad Syafii di Partai Bintang Reformasi (PBR). Sebagai mantan calon wakil gubernur, paling tidak dia dikenal luas oleh pemilih. Ada Ibrahim Sakty Batubara di PAN yang dikenal sebagai politikus di DPRD Sumut.

Ini yang membuat caleg Partai Golkar di Dapil Sumut I, Meutya V Hafid, mengatakan, persaingan bakal berlangsung sangat ketat dan dinamis. ”Banyak politikus senior. Tantangannya sangat besar,” ujarnya.

Meutya tidak takut bersaing dengan politisi kawakan di Dapil Sumut I. Meski bukan asli Sumut, ia percaya calon pemilih mengenalnya. ”Akhirnya yang kita jual tetap ’ketokohan’ seseorang. Saya beruntung dikenal orang karena sering tampil di televisi,” katanya lagi.

Sebaliknya, Panda mengaku beruntung ditempatkan partainya di Dapil Sumut I. Sebelumnya Panda adalah anggota DPR dari Dapil Jawa Barat V (Kota Bekasi, Bekasi, dan Depok). ”Ini jauh lebih baik. Sejak tiga tahun terakhir saya sering berkunjung ke Sumut. PDI-P menempatkan caleg di dapil yang memang pemilihnya mengenal betul sosok caleg tersebut,” katanya.

Tifatul juga yakin mesin PKS bakal memberinya tiket ke Senayan meski pesaingnya politisi kawakan dan terkenal. ”Di Medan PKS menang pada Pemilu 2004. Apalagi Dapil Sumut I ini menjadi dapil dengan jumlah suara terbanyak di Sumut,” ujarnya lagi.

Menurut anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut, Sirajudin Gayo, dengan asumsi 70 persen suara sah, harga satu kursi DPR di Dapil Sumut I adalah 251.212 pemilih. Artinya, BPP-nya meningkat dibandingkan dengan Pemilu 2004. Jadi, harus kerja keras. (bil/tra)

Tidak ada komentar: