Sabtu, 14 Februari 2009

Mereka yang Tetap Bertahan (Sumatera)

Mereka yang Tetap Bertahan
Jumat, 13 Februari 2009 | 00:28 WIB

Sumatera tak lepas dari berbagai perubahan. Memang, potret penguasaan politik di wilayah ini menunjukkan situasi yang dinamis. Sebagai satuan wilayah yang terbuka dan kerap menerima pengaruh luar, termasuk para pendatang, Sumatera sulit mengelak dari perubahan politik semacam ini.

Persoalan demikian tampak dalam ajang penguasaan politik di berbagai wilayah ini. Pemilu 1955, misalnya, menunjukkan betapa kuatnya kekuatan Islam di Sumatera. Tidak kurang dari dua pertiga bagian pemilih menyukai sepak terjang partai-partai Islam ketimbang partai-partai bercorak nasionalis. Dari partai-partai Islam tersebut, Masyumi menjadi penyumbang terbesar, hampir separuh dari suara pemilih Sumatera. Masuk akal memang, selain Jawa, Sumatera menjadi bumi kelahiran partai Islam, termasuk Masyumi, yang memengaruhi negeri ini. Namun, menariknya, di tengah penguasaan Masyumi dan partai Islam lainnya, sebagian Sumut dikuasai oleh Partai Kristen Indonesia (Parkindo), PKI, dan PNI. Pulau Bangka pun menjadi penguasaan PNI.

Perubahan politik nasional dalam kepemimpinan rezim Orde Baru mengubah total wajah politik Sumatera. Sumatera yang semula menjadi pilar kekuatan partai-partai Islam berubah menjadi pilar kekuatan Golkar. Terbukti, beberapa wilayah Sumatera mampu melambungkan kemenangan Golkar dengan perolehan lebih dari tiga perempat bagian. Namun, di tengah dominasi Golkar, Sumatera menyisakan benteng politik yang tak tertaklukkan. Sebagian wilayah Aceh, misalnya, merupakan bangunan kekuatan Islam yang sulit terkuasai.

Tumbangnya kekuasaan Orde Baru dan bergulirnya liberalisasi politik mempertontonkan wajah baru politik Sumatera. Dua hasil pemilu nasional terakhir menunjukkan persaingan penguasaan Sumatera di antara dua kekuatan partai bercorak nasionalis, Golkar dan PDI-P. Menariknya, di antara persaingan dua kekuatan tersebut, tersisa wilayah yang tetap loyal pada satu kekuatan politik, khususnya partai bercorak keislaman. Belitung, misalnya, menjadi benteng PBB yang tak tergoyahkan. PAN berhasil pula mempertahankan Kabupaten Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan.

Pada pemandangan lain, dengan menggabungkan berbagai ajang kontestasi politik nasional dan lokal juga terungkap 15 kabupaten dan kota yang tetap bertahan di bawah pengaruh satu partai. Benteng kekuatan Golkar terbangun di Kota Langsa Aceh, Aceh Singkil, Asahan, Kota Tanjung Balai, Tanah Datar, Solok, Bengkalis, Natuna, dan Bangka Selatan. Apakah kekuatan yang terbangun didasarkan pada kuatnya ideologi partai yang tertanam, kuatnya jaringan kerja partai di setiap pelosok wilayahnya, ataupun kekuatan sosok pimpinan dan tokoh partai masih kurang jelas tergambarkan.

Yang pasti, dari berbagai ajang kontestasi politik, wilayah tersebut menjadi pilar kekuatan Golkar.

Hal yang sama pada PAN tampak solid di Aceh Barat Daya dan Belitung terlihat amat loyal kepada PBB. Pemilu 2009 akan menguji kembali seberapa kuat benteng partai tersebut menghadapi gempuran partai dan sosok calon anggota legislatif partai lain.(Bestian Nainggolan)

Tidak ada komentar: