Rabu, 21 Januari 2009

Pertarungan Caleg


Pengalaman Diuji oleh Popularitas

Daerah Pemilihan DKI Jakarta I meliputi wilayah Jakarta Timur. Dibandingkan daerah pemilihan lain di provinsi ini, jumlah kursi DPR yang diperebutkan di daerah pemilihan tersebut adalah yang paling sedikit. Meski hanya ada ”jatah” enam kursi, sejumlah anggota DPR mencoba peruntungan lagi di Daerah Pemilihan DKI Jakarta I pada Pemilu 2009.

Anggota parlemen periode 2004-2009 yang mencoba meraih kembali kepercayaan rakyat di Dapil DKI Jakarta I adalah Agung Laksono. Ketua DPR itu dimajukan kembali oleh Partai Golkar dengan nomor urut satu.

Pada Pemilu 2004 Agung melaju ke Senayan dengan dukungan 69.762 suara, atau 31,6 persen bilangan pembagi pemilih (BPP) di Dapil DKI Jakarta I. Bedanya, pada Pemilu 2004 wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi dua dapil saja. Dapil DKI Jakarta I meliputi wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan dan memperebutkan 12 kursi parlemen.

Sebagai politisi senior, Agung tentu tidak sendirian di DKI Jakarta I. Ia harus berhadapan dengan politisi senior lain, seperti Tri Yulianto dari Partai Demokrat yang kembali ingin melenggang ke Senayan atau Hayono Isman yang juga diajukan partai yang dibina Susilo Bambang Yudhoyono itu. Anggota DPR yang juga menantang Agung di dapil ini adalah Arief Mudatsir Mandan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang pindah dari Dapil Jawa Tengah II serta Rama Pratama dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Pengalaman Agung, yang bisa menjadi senjata memenangi kursi di DKI Jakarta I, akan diuji politisi senior lain, seperti Ahmad Sumargono yang diajukan Partai Bulan Bintang (PBB), Christianus Siner Keytimu dari Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), Adang Ruchiatna P dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), serta Edy Waluyo dan Tarmidi Suhardjo dari Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN).

Tantangan juga datang dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang menempatkan dua calon anggota legislatif (caleg) ”populer”, artis Mandra dan Henidar Amru. Selain itu, ada pula Fitria Elvi Sukaesih dari Partai Patriot dan advokat Suhardi Somomoeljono yang diajukan Partai Persatuan Daerah (PPD).

Satu kursi saja

Leo Nababan, Staf Khusus Agung Laksono, Rabu (21/1) di Jakarta, mengakui, persaingan antarcaleg di DKI Jakarta I sangat ketat karena banyak figur publik yang tampil. Namun, dia yakin, Agung tetap mendapatkan satu kursi. Bahkan, meraih suara terbanyak.

”Beliau sudah habis-habisan. Di tengah kesibukannya sebagai Ketua DPR, setiap hari Beliau turun ke kampung sampai ke gang,” paparnya lagi.

Pada Pemilu 2004 Agung di DKI Jakarta I adalah peraih suara terbanyak ketiga, setelah Anis Matta (PKS) yang meraih 44,7 persen BPP dan Irzan Tandjung dari Partai Demokrat (41,1 persen BPP).

Apabila tahun 2008 kunjungan dilakukan pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, mulai Januari 2009 kunjungan Agung ke konstituen dilakukan setiap hari di sela-sela kesibukannya, bisa pagi, siang, atau malam. Sebagai Ketua DPR, Agung juga memiliki nama besar.

Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI-P Firman Jaya Daeli juga yakin, partainya bisa meraih satu kursi di DKI Jakarta I. ”Secara sosiologis, Jakarta Timur adalah basis PDI-P. Selain itu, dari pengalaman pemilu sebelumnya, PDI-P akan meraih kursi dari dapil ini,” kata dia lagi.

Firman, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P, menambahkan, tidak ada kebijakan dari partainya untuk meloloskan Adang dari DKI Jakarta I karena setiap caleg memiliki kesempatan yang sama. Bahkan, sangat terbuka peluang bagi PDI-P untuk meraih lebih dari satu kursi di dapil ini sebab ada ketentuan ambang batas perolehan suara untuk penentuan kursi di DPR (parliamentary threshold) dan penghitungan sisa suara yang diyakini akan menguntungkan partainya.

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN DKI Jakarta Andi Anshar mengaku, partainya tak bisa hanya mengandalkan popularitas seseorang untuk meraih kursi dari DKI Jakarta I. Ia dan caleg PAN lainnya di dapil ini harus bekerja keras. ”Sebagai orang dengan komunitas pemuda dan Betawi, saya juga memakai jaringan pemuda Betawi,” ujarnya.

Mandra pun tidak bisa hanya mengandalkan kelucuan dan popularitasnya. Ia bekerja keras dengan sering datang ke acara duka, sunatan, hingga perkawinan di kampung-kampung di Jakarta Timur. Sebenarnya hal itu sudah sering dilakukan pada masa lalu, tetapi kini lebih diintensifkannya.

”Malam ini aja ane diundang di daerah Buaran dan Cilangkap,” ujar Mandra di Jakarta, Rabu. Ia melanjutkan, ”Optimis sih pasti ada, bahkan berharap bisa mendapatkan dukungan suara mencapai BPP. Inilah yang mendorong untuk mendatangi masyarakat.”

Anehnya, lanjut Mandra, masyarakat yang menyatakan dukungan secara pribadi ataupun kelompok tidak hanya dilakukan di kalangan masyarakat Betawi. ”Kemarin dulu ada persatuan pedagang tongseng yang asalnya dari Solo, Jawa Tengah. Mereka sudah lama kenal,” ujarnya lagi.

Soal keluarga, menurut Mandra, semuanya mendukung. Bahkan ada rasa kebanggaan dirinya menjadi caleg.(sut/mam/tra)

Tidak ada komentar: