Sabtu, 17 Januari 2009

Tahun Hiruk-Pikuk Pemilihan Umum

 

"KEMARIN dan esok adalah hari ini/Bencana dan keberuntungan sama saja/Langit di luar, langit di badan/Bersatu dalam jiwa." Sajak WS Rendra yang diterbitkan majalah musik Aktuil era 1970-an itu mungkin masih melekat di benak mereka yang pernah membacanya.

Benarkah pergantian hari tiada bermakna? Benar pulakah bencana dan keberuntungan sama saja? Bagi sebagian orang yang pasrah pada keadaan, mungkin saja benar. Namun bagi yang menginginkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik,tentu hari esok harus lebih baik dari hari kemarin. Dalam hitungan hari, tahun 2008 akan berlalu, berganti dengan tahun 2009.

Tahun 2008 telah kita lewati dengan baik. Meski terjadi konflik yang dipicu persoalan politik atau lebih tegasnya kasus pemilihan kepala daerah (pilkada) di beberapa daerah di Tanah Air seperti di Maluku Utara dan Sulawesi Selatan atau adanya kelompok yang mencoba menyulut kembali konflik horizontal di Maluku dan Poso, secara keseluruhan kondisi politik dan keamanan nasional pada 2008 sangat baik.

Di beberapa daerah, rakyat pun sekadar menggerutu saja menerima kondisi kesulitan mendapatkan minyak tanah tanpa meluapkan kemarahan secara negatif. Pemerintah benar-benar tanpa persiapan, konversi minyak tanah ke gas elpiji tidak diimbangi pasokan gas elpiji ukuran 3 kg yang cukup sehingga rakyat kesulitan mendapatkan minyak tanah dan gas dalam waktu bersamaan.

Akibatnya tak sedikit orang di tanah Jawa dan daerah lain yang kembali ke masa lalu, memasak dengan kayu bakar! Pada semester IV/2008, Indonesia juga mulai terkena dampak krisis ekonomi global yang berawal dari negara adidaya AS. Sementara suhu politik semakin menanjak menjelang Pemilu 2009. Tidak sedikit orang yang menyongsong 2009 dengan harap-harap cemas.

Mereka yang bekerja di sektor swasta, khususnya di perusahaan-perusahaan pengekspor barang manufaktur atau barang setengah jadi ke luar negeri seperti tekstil dan garmen, sepatu dan alas kaki atau produk elektronik, tentu khawatir apakah mereka termasuk dalam daftar yang akan dirumahkan atau bahkan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK)? Mereka yang bekerja di industri automotif juga bernasib tidak menentu akibat daya beli kaum berpunya yang semakin menurun.

Diperkirakan PHK besarbesaran akan terjadi pada 2009 dengan jumlah yang belum pasti, bisa puluhan ribu, ratusan ribu atau bahkan puluhan juta, tergantung siapa yang mengeluarkan datanya. Sebagian dari mereka mungkin sudah mengambil ancang-ancang untuk bekerja di sektor informal sembari menunggu situasi kembali membaik. Namun bagi yang lainnya mungkin belum terpikir langkah apa yang diambil jika PHK itu benar-benar terjadi. Jika memiliki keahlian di bidang bangunan, mereka dapat bernapas lega karena mungkin saja terserap di sektor pembangunan infrastruktur.

Mereka yang juga memiliki jiwa wiraswasta, membuat sablon atau spanduk, juga bisa bernapas lega karena 2009 adalah tahun pemilu yang bisa memberi mereka rezeki. Mereka yang memiliki jiwa pedagang pun akan tetap survive di tengah kesulitan ekonomi tahun mendatang. Yang pasti, seperti diungkapkan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, "Kampanye Pemilu 2009 bisa menggelontorkan uang ke bawah yang cukup banyak sehingga roda-roda ekonomi rakyat akan tetap berputar." Itulah rezeki dari suatu aktivitas politik 2009.

Paling tidak, ada dua pemilu pada 2009 mendatang, yaitu pemilu legislatif yang diselenggarakan pada 9 April 2009, tepat pada saat TNI-AU merayakan hari jadinya, dan pemilihan presiden-wakil presiden langsung pada 6 Juli 2009. Jika dari hasil pilpres ternyata ada pasangan kandidat presiden/wapres yang memperoleh suara lebih dari 50% dan merata di seluruh Tanah Air, kita tak perlu masuk ke putaran kedua pilpres. Jika tidak, masih ada pilpres putaran kedua pada September 2009.

Ini belum termasuk pilkada ulang di beberapa TPS di Jawa Timur pada Januari 2009. Sejak Januari 2009, suhu politik di Tanah Air tentu akan merambat naik. Kampanye politik pun semakin ramai, apalagi ketika sudah memasuki kampanye lapangan atau jalan raya. Terlepas adanya apatisme politik di sebagian warga bangsa, rakyat kecil tentu menyambut kampanye ini dengan sukacita, karena kampanye berarti uang dan makan. Di antero Tanah Air hiruk-pikuk kampanye pemilu legislatif pun akan bergema sampai menjelang hari pencentangan di awal April itu.

Rakyat juga melupakan kesulitan ekonomi yang mereka hadapi. Di masa Orde Baru,masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar, kerap khawatir akan terjadinya bentrokan dalam setiap kampanye pemilu. Namun sejak pemilu pertama di era Reformasi, 1999, tampak nyata betapa kampanye politik tidak identik dengan kekerasan massa.

Jalanjalan utama kota Jakarta dan kota-kota lain memang akan terkena dampak kemacetan, tapi masih amat wajar untuk masa lima tahunan. Situasi yang sama juga akan terjadi saat kampanye pemilu presiden dan wakil presiden,walau dalam kadar yang lebih rendah. Kita tak perlu khawatir pada situasi kampanye pemilu karena partai-partai politik dan para pendukungnya tentu sudah semakin dewasa dalam berpolitik, termasuk berkampanye.

Mereka tak mau citranya tercemar sebagai akibat kampanye yang mereka lakukan dianggap brutal. Kalaupun ada orangorang yang akan mengganggu jalannya kampanye pemilu, aparat Polri, TNI, polisi pamongpraja, dan masyarakat pada umumnya sudah siap untuk mengatasinya. TNI dan Polri pun sudah melakukan latihan secara intensif untuk mengatasi ancaman teror, kapan dan di mana pun akan terjadi. Kalaupun terjadi sengketa pemilu legislatif ataupun pemilu presiden/wakil presiden, semua itu dapat diselesaikan melalui mekanisme hukum yang berlaku.

Perjalanan demokrasi kita sudah berjalan secara baik (on the right track). Kita pun tak perlu lagi terlalu khawatir pada masa kampanye pemilu berlangsung. Karena itu, secara umum, walau kita terkena dampak resesi ekonomi global, mudah-mudahan segalanya berjalan baik pada 2009. Riak-riak politik dan ekonomi mungkin saja terjadi pada 2009. Namun jika kita merasa senasib sepenanggungan sebagai sesama warga bangsa, segalanya dapat kita lewati secara baik.

Mari kita songsong tahun 2009 dengan satu kepercayaan, hari esok akan lebih baik daripada hari ini. Tentu dengan kerja keras dan berdoa, semoga hari-hari kita lebih dipenuhi oleh keberuntungan ketimbang bencana. Selamat Tahun Baru 2009.(*)

IKRAR NUSA BHAKTI
Profesor Riset Pusat Penelitian Politik LIPI

Tidak ada komentar: