Selasa, 20 Januari 2009

PUSKAPTIS

2009, Popularitas dan Peluang SBY-JK Menurun  

Jakarta - Peluang dan popularitas SBY-JK pada tahun 2009 diprediksi semakin menurun, di tengah kesulitan ekonomi, ancaman PHK massal dan kenaikan harga sembako. Masyarakat pun tidak yakin SBY-JK akan mampu membawa keadaan yang baik di tahun depan.

"Elektabilitas pasangan SBY-JK untuk 2009 mendatang turun lagi menjadi 19,90 persen dari hasil survei kita pada bulan Mei 2008 sekitar 29,41 persen," kata Direktur Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid dalam jumpa pers di Hotel Sahid Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Selasa (30/12/2008).

Seperti diketahui, hasil survei Puskaptis pada bulan Mei lalu disebutkan
elektabilitas pasangan SBY-JK pada tahun 2009 sekitar 29,41 persen. Hal ini
akibat kebijakan menaikan harga BBM yang dinilai 55, 61 persen responden
menyengsarakan rakyat.

Sedangkan 44,39 persen responden menyatakan pasangan tersebut tidak perlu
dipilih lagi, 26,20 persen lainnya belum menyatakan sikapnya. Namun dalam survei
yang dilakukan 24 November-3 Desember 2008 tingkat kepercayaan kepada dua
pasangan ini menurun lagi, apalagi di tengah krisis finansial global dan krisis
ekonomi nasional.

Menurut Husin, dari 1.330 responden yang menjadi sampel dengan menggunakan
teknik strtafied random sampling ini, sekitar 31,49 persen responden kecewa
terhadap penanganan SBY-JK dalam menanggulangi krisis ekonomi. 30,75 Persen responden mengaku puas dan 37,76 persen responden menilai kebijakan pemerintah biasa saja.

"Kekecewaan ini bakal berdampak pada tingkat keyakinan mereka terhadap
pemerintahan SBY-JK ke depan," jelas Husin.

Husin menjelaskan, dalam survei terungkap tingkat keyakinan responden atas
kemampuan SBY-JK mengemban sisa masa jabatannya tahun depan sekitar 38,43
persen menyatakan tidak yakin, 35,46 persen menyatakan yakin dan 26,11 responden
menjawab tidak tahu.

Justru akibat kegagalan SBY-JK menangani krisis itu, lanjut Husin, membuat pihak
oposisi untung. Khususnya menguntungkan popularitas Megawati Soekarnoputri dan
PDIP yang mengusung isu sembako murah.

Ditambahkan Husin, kemerosotan SBY-JK ini tidak hanya mendongkrak popularitas
kelompok oposisi, tapi juga melahirkan harapan adanya perubahan. Dari survei
ditemukan 22,64 persen responden mengharapkan perubahan dan pembaruan ekonomi
sembako murah, 21,52 persen responden berharap ketersedian lapangan kerja, 14,38
persen menginginkan perubahan di bidang pendidikan, 14,37 persen menginginkan
perubahan fasilitas kesehatan. Sedangkan, pertanian 2,52 persen, sosial 1,94
persen dan hukum 1,46 persen. ( zal / asy )

Tidak ada komentar: