Jumat, 26 Desember 2008

Baratayuda di Partai Aktivis

Ahmad Dani - Okezone

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saat ini tengah menjadi sorotan. Setelah persoalan iklan politik yang 'mepet' ke keluarga Soeharto, kini partai aktivis ini dihadapkan pada pertentangan internal. PKS partai terbuka atau partai konsisten!.

Istilah partai konsisten sendiri disebut Presiden PKS Tifatul Sembiring dalam berbagai kesempatan. Namun, di meja yang lain, Sekjen PKS, Anis Matta berkeinginan PKS menjadi partai terbuka yang cenderung bergerak ke arah kiri (Ini jika PKS diposisikan sebagai partai kanan).

Perseteruan dua kubu ini memang selalu mencuat ketika pemilihan umum akan digelar. Dulu, ketika Pemilu 2004 dua kubu ini berseteru mengenai siapa calon presiden yang akan diusung, Amien-Siswono atau Wiranto-Solahudin Wahid.

Dua petinggi ini sama-sama memiliki argumen yang cukup mendasar. Presiden beranggapan, dengan menjadi partai yang konsisten, PKS justru dihormati dan lebih mendapat nilai positif dari pemilih partai berlambang bulan sabit kembar dan padi itu.

Tapi, argumen itu tak diterima Sekjen. Kelompok ini beranggapan dengan konsisten, PKS justru dianggap kaku dan eksklusif. Konkretnya, tidak bisa diterima masyarakat luas.

Setidaknya hal itu yang juga dilihat Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Saiful Mujani. Dia melihat adanya perbedaan strategi pemenangan pemilu yang dilakukan oleh Tifatul Sembiring dan Anis Matta.

"Tifatul memandang masyarakat Indonesia akan tertarik jika PKS konsisten, sedangkan Anis Matta lebih melihat pada peluang untuk bekerja sama dengan siapa saja," ujar Syaiful.

Bagi pengamat politik dari Reform Institute Yudi Latief, dia melihat ada sebuah dinamika politik dalam internal Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pandangan tersebut dilontarkannya mencermati adanya faksi-faksi di tubuh PKS yang berseberangan dalam menentukan strategi menghadapi Pemilu 2009.

Jika dilihat, dua kubu yang berserteru sebenarnya bisa diambil jalan tengah. Toh dua argumen yang berkembang itu tujuannya hanya satu. Agar PKS mendulang suara di Pemilu 2009.

Menjadi terbuka dan tetap konsisten toh bisa dilakukan bersama-sama. PKS bisa berkoalisi dengan siapapun, meski tidak harus 'menggadaikan akidah partai' demi kepentingan politik sesaat. Bukan begitu akhi? (ahm)

Tidak ada komentar: