Selasa, 23 Desember 2008

PPP Tidak Mau Terpancing Orang yang Mencalonkan Diri


Jakarta, KOMPAS - Partai Persatuan Pembangunan tidak mau terpancing dengan sejumlah orang yang sudah menyatakan diri maju sebagai calon presiden.

”PPP sangat berhati-hati dalam menentukan calon presiden menjelang pemilihan presiden 2009 dan belum mau berkoalisi dengan partai politik mana pun,” kata Ketua Umum PPP Suryadharma Ali seusai meresmikan Kampung Sepatu dan Sandal di Desa Mojosantren, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (22/12).

Menurut Suryadharma, ada dua penyebab pihaknya belum menentukan calon presiden. Pertama, PPP kekurangan sumber daya manusia. Kedua, PPP sangat berhati-hati dalam menentukan calon presiden.

”Kami tidak ingin maju bertanding sebelum persiapan benar-benar matang,” ucap Suryadharma didampingi Bupati Sidoarjo Win Hendrarso.

Suryadharma mengatakan, sejauh ini partainya masih terus melakukan komunikasi politik. Komunikasi politik yang dimaksud adalah mendengarkan pandangan-pandangan dari berbagai kalangan tentang masa depan Indonesia. Tokoh yang sudah dimintai pandangannya oleh PPP antara lain Sultan Hamengku Buwono X, Wiranto, Prabowo Subianto, Rizal Ramli, dan Sutiyoso.

Keengganan masyarakat

Di Jakarta, Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera M Anis Matta menyatakan adanya kecenderungan masyarakat enggan ikut dalam pemilu karena merasa kecewa dengan praktik politisi yang terlibat korupsi dan melakukan tindakan amoral lainnya.

”Itu sebabnya partai politik perlu meningkatkan kinerjanya masing-masing agar jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pemilu meningkat,” kata Anis Matta.

Dalam konteks demokrasi, kita mengharapkan adanya partisipasi yang besar dari masyarakat. ”Memang harus diakui, masyarakat tidak banyak merasakan hasil kinerja partai saat ini, itu sebabnya ada kecenderungan partisipasi yang menurun,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir juga mengakui adanya keengganan masyarakat untuk ikut serta dalam pemilu. Gejalanya bisa dilihat dalam pilkada di banyak daerah yang semakin memperlihatkan besarnya orang yang tidak memilih.

”Padahal, pemilu merupakan sarana untuk memberikan hukuman atau penghargaan kepada partai politik atau seorang kandidat yang diusung partai politik,” ujar Soetrisno. (APO/MAM)

Tidak ada komentar: