Rabu, 24 Desember 2008

Capres yang Mundur, Maju dan Golput


Berita “teranyar”, Rizal Malarangeng adik dari Juru Bicara Kepresidenan Andi Malarangeng mengundurkan diri dari capres 2009. Penyebabnya dikarenakan menilai hasil surveinya tidak signifikan. Rizal yang selama ini mengiklankan dirinya akan melakukan perubahan, ternyata kini justru semangatnyalah yang berubah. “Saya harus rasional, mungkin di Pemilu 2014 saya akan maju lagi”. Rizal mengatakan dari sisi popularitas cukup berhasil, tapi dari sisi aksepbilitas tidak mendukung. Memang berat kalau berani dan mencoba bertarung di kancah nasional, nafasnya harus panjang.

Dilain sisi Ketua Umum Muhammadiyah Dien Syamsudin menyatakan siap dicalonkan menjadi pemimpin bangsa pada pilpres 2009. Ia menyatakan siap dan mampu menjadi pemimpin bangsa, tahu konsekwensinya , pencalonan merupakan bagian dari upaya untuk mengubah kondisi bangsa kearah yang lebih baik.

Komite Bangkit Indonesia (KBI) menyatakan makin mantap mengusung ekonom Rizal Ramli (RR) sebagai capres. Juru bicara KBI Ibrahim G Zakir di Jakarta (18/11) mengatakan mantap mengusung RR sebagai calon alternatif dan akan berusaha memenuhi kuota 25% suara pemilih sesuai UU Pilpres. Ada dua Partai politik katanya yang bersedia mengusung RR, yaitu Partai Bintang Reformasi (PBR) dan Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (P3I).

Sri Sultan Hamengku Bhuwono-X siap untuk menjadi Capres. Kini baru Partai Karya Perjuangan (Pakar Pangan) yang dipimpin Letjen Purn M Yasin menyatakan siap mendukung Sri Sultan dan akan melakukan pendekatan kekeraton Yogya.

Mantan Kasal Laksamana Purn Slamet Soebijanto siap meramaikan Pemilu 2009 sebagai capres dengan tema “Selamatkan Indonesia”. Mantan Kasal ini mendeklarasikan diri sebagai capres pada tanggal 19/10/2008 di jakarta Media Center Kebon sirih Jakarta Pusat. Dikelompok mantan TNI ini berarti tambahan saingan untuk Bang Yos, Kivlan Zein. Uniknya dia satu-satunya calon Purn perwira Tinggi dari TNI AL ditengah-tengah Purn TNI AD. Purn AU tidak ada yang coba-coba nyalon, menurut pendapat penulis “bukan maqomnya”.

“Berita yang sangat lain”, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dulu dicalonkan PKB sebagai capres, kini kembali menyerukan kepada pimpinan PKB didaerah dari tingkat propinsi hingga kecamatan yang setia kepadanya untuk memboikot baik pemilu legislatif, pemilu presiden dan Wakil Presiden dan Pemilu Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Gus Dur kecewa kepada pemerintah yang mengakui DPP PKB pimpinan Muhaimin Iskandar.Gus Dur mengatakan tidak akan kampanye untuk capres siapapun, walaupun sudah ada 15 capres yang menemui dirinya.

Itulah kisah tentang macam-macam capres, kini ada yang sudah mundur, ada yang maju, tetap nekat, ada yang diam melihat situasi dan ada yang golput. Semua yang dilakukan sebenarnya syah-syah saja. Berat kalau mendeklarasikan diri sebagai capres, konsekwensinya harus punya uang banyak. Hari gini, kalau mencalonkan diri tanpa partai, tanpa dukungan dana, tanpa pengikut yang jelas, bagaimana dan mau kemana?. Untuk memiliki kekuasaan politik tidak bisa hanya mengharap pemberian tapi sesuatu yang harus direbut. Siapkah kita?

Harusnya orang sadar, kalau bermain politik masa kini, sebaiknya mengerti “memanfaatkan atau dimanfaatkan”. Tanpa perhitungan yang matang seseorang akan bisa kehilangan uang, harga diri, kehormatan, teman. Sadar pak, sadar. Mari momong cucu saja, serahkan urusan capres-cawapres kepada mereka yang memang ahlinya. Salam “Pakde Pray”.

Tidak ada komentar: